Kamis, 28 Januari 2010

resensi novel LOVE AT THE FIRST FALL





Judul Buku : Love at The First Fall
Penulis : Primadonna Angela
Terbit : Februari 2006
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Harga : Rp 29.000,00
Tebal : 216 halaman
Ukuran : 13,5 x 20 cm

Resensi
Love at the First Fall, buku terbitan tahun 2006 ini merupakan buku ketiga karya Primadonna Angela setelah Quarter Life Fear dan Belanglicious diterbitkan. Meskipun memiliki tema yang sederhana yaitu percintaan, Angela mengaku tetap membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan buku ini.
Berbeda dengan buku sebelumnya Quarter Life Fear yang memaparkan gadis berusia matang, dalam buku ini Angela mengulas kembali kehidupan remaja. Tokoh yang menjadi fokus ialah Wulandari Safira seorang gadis yang terkenal tomboy dan super cuek di salah satu Sekolah Menengah Atas di Pekanbaru. Cerita diawali dengan keterkejutan Ndari atas keputusan keluarganya untuk mempertunangkan dirinya dengan Kevin, sahabatnya sejak kecil. Sejujurnya Ndari memang menyukai Kevin. Tapi apakah itu bisa disebut cinta? Ndari masih belum yakin benar atas perasaannya.
Di sisi lain Maeve sahabat masa kecil Ndari yang bermukim di Belanda mengirimi Ndari sebuah email. Email itu berisi ajakan Meave untuk berlibur di Belanda. Tentu saja Ndari menyetujuinya, apalagi orang tua Ndari berjanji jika nilainya bagus mereka akan mengijinkan Ndari mengunjungi Maeve di Belanda.
Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu Ndari datang juga, akhir semester yang artinya ia akan ke Belanda mengunjungi sahabat masa kecilnya Meave. Setelah visa dan passport selesai diurus Ndari akhirnya berangkat. Sampai di Belanda betapa terkejutnya ia karena yang menjemputnya di airport bukanlah Meave melainkan seorang cowok super ganteng bernama Steve. Ternyata Steve ialah tetangga sebelah rumah Meave di Belanda.
Kegantengan Steve mampu mempesona Ndari dan dalam bilangan hari saja perasaan kagum di hati Ndari untuk Steve semakin membesar. Sampai pada satu peristiwa mengejutkan yang terjadi. Steve menyatakan cintanya pada Ndari. Otomatis Ndari semakin bingung, ada Kevin di Indonesia yang sedang menunggunya dan di sisi lain ia tak mampu mengelak bahwa Steve mampu membuatnya nyaman.
Kebingungan Ndari terjawab sudah ketika Ndari memutuskan untuk ikut bungee jumping, dan ia mendapatkan pencerahan. Ia memutuskan untuk memperjuangkan cintanya. Siapakah yang akhirnya Ndari pilih? Kevin ataukah Steve? Jawabannya ad di buku ini.
Kita semua tahu bahwa tema percintaan menjadi tema yang umum ditemui sehari-hari namun buku ini mampu menyuguhkan setting tempat yang tidak umum. Jika dibandingkan dengan buku karangan Luna Torashyngu berjudul Dua Rembulan yang lebih menonjolkan setting alam Indonesia, buku ini justru memberikan setting negara lain yaitu Belanda. Inilah yang menjadi salah satu kelebihan buku ini.
Selain settingnya yang bagus dan terpapar jelas, buku ini juga menggambarkan karakter tokoh Ndari dengan begitu gamblang sehingga pembaca mampu mengikuti alur pikiran Ndari. Namun, penggunaan bahasa Inggris yang cukup banyak dan penggunaan kosakata asing yang beragam membuat buku ini memiliki kekurangan. Hanya pembaca yang paham dan mengerti bahasa Inggrislah yang mampu mengikuti alur dialog para tokoh.
Akan tetapi buku ini cukup ringan dan menarik untuk dibaca di waktu senggang. Selain itu bagi anda yang tergila-gila dengan keistimewaan negara Belanda, cobalah untuk membaca buku ini karena Anda akan melihat penggambaran lain negara Belanda dari sisi Angela.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar